Table of Contents
TogglePada 1 April 2014, 2 pelajar asal Belanda, Kris Kremers dan Lisanne Froon meninggalkan rumah inap mereka untuk membawa anjing peliharaan sang pemilik rumah jalan-jalan ke hutan dekat gunung Baru di Panama. Anehnya, ketika malam tiba, anjing yang dibawa kedua remaja tersebut berhasil kembali ke rumah dengan selamat, tetapi Kremers dan Froon tidak kembali. Ngerinya lagi, 2 bulan kemudian ditemukan tulang pelvis dan sepatu boot sebelah kiri yang di dalamnya masih ada kaki milik Froon. Kira-kira apa yang terjadi dengan mereka?
Kronologi Panama Girls
Pada tanggal 14 Maret 2014, Lisanne Froon dan Kris Kremers berangkat dari Belanda ke Panama dengan tujuan membantu komunitas lokal dan menjadi relawan untuk mengajar anak-anak di Panama. Mereka juga bernia belajar bahasa Spanyol dan sekaligus liburan touring serta hiking. Kemudian, kedua pelajar tersebut bertemu dengan sang pemilik rumah, Miriam Guerra, yang sudah sering menyediakan rumahnya sebagai tempat tinggal para pelajar internasional yang sedang berkunjung ke Panama.
Singkat cerita, setelah melihat gunung berapi Baru yang terkenal, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan. Pada tanggal 1 April mereka membawa anjing milik tuan rumah untuk berjalan di Jalan Pianista di dekat Distrik Boquete dan diperkirakan pergi sekitar jam 11 pagi. Seperti yang kita tahu, ketika malam tiba yang kembali ke rumah hanyalah Blue, anjing milik Miriam Guerra.
Pencarian Dimulai
Keberadaan Froon dan Kremers yang tidak diketahui membuat keluarga Guerra khawatir. Komunitas lokal di daerah mereka tinggal akhirnya melaporkan ke pihak berwajib dan keluarga dari Froon dan Kremers pada keesokan harinya. Pihak berwajib kemudian melakukan pencarian di darat dan udara. Pada tanggal 6 April keluarga dari kedua korban langsung terbang ke Panama membawa unit polisi, anjing pelacak dan detektif dari Belanda untuk mempercepat pencarian.
Setelah sekitar 10 minggu mencari keberadaan Froon dan Kremers, seorang wanita lokal dari suku Ngäbe memberikan sebuah ransel berwarna biru yang ditemukan di dekat sungai. Isi ransel tersebut adalah kaca mata, kamera, dua ponsel, uang, dua buah bra, paspor milik Froon dan sebuah botol minum.
Setelah menemukan ponsel milik kedua wanita tersebut, pihak berwajib memperkirakan bahwa ponsel mereka masih aktif sampai sekitar 10 hari setelah mereka dinyatakan hilang. Dalam 10 hari tersebut ternyata Froon dan Kremers sudah berusaha menelpon nomor panggilan darurat Belanda, 112, pada pukjul 4.30 sore di tanggal 1 April. Mereka juga mencoba menelpon 911 tetapi tidak juga mendapatkan jawaban.
Kedua wanita tersebut terus mencoba menghubungi pihak berwajib, bahkan catatan dari ponsel mereka menyatakan bahwa mereka sudah mencoba menghubungi pihak berwajib sebanyak 77 kali dalam waktu 4 hari. Dari 77 kali percobaan hanya 1 panggilan yang berhasil terhubung tetapi hanya bertahan selama 2 detik dan panggilan tersebut langsung terputus. Hal tersebut diperkirakan karena mereka sudah masuk ke hutan terlalu dalam dan susah mendapatkan sinyal. Hal lain yang membuat penyelidik bertanya-tanya adalah ditemukannya beberapa kali percobaan gagal membuka password di ponsel milik Kremer. Ponsel mereka juga diperkirakan masih menyala sampai tanggal 11 April.
Ada Foto Mencurigakan di Ponsel
Dari ratusan foto yang tersimpan di ponsel ditemukan beberapa foto, ada kemungkinan foto tersebut berkaitan dengan menghilangnya Froon dan Kremers. Disalah satu foto yang diambil sekitar pukul 1.30 siang, raut wajah Kremer terlihat seperti khawatir jika dibandingkan dengan foto-foto sebelumnya yang masih ceria dan tersenyum.
Setelah itu foto-foto yang diambil pada tanggal 8 April adalah foto-foto random yang diambil seperti terburu-buru, seperti foto jurang dimalam hari yang difoto menggunakan flash. Kemudian yang mengkhawatirkan adalah foto kepala Kremers yang diambil dari belakang dan memiliki luka dibagian kanan kepalanya. Foto tersebut menimbulkan banyak spekulasi apakah Kremers mengalami kecelakaan saat sedang berjalan di hutan atau bahkan ada yang berspekulasi ada yang menculik atau melukai mereka.
Penemuan Barang-barang
Setelah ditemukannya ransel mereka, pencarian berlanjut dan pihak berwajib menemukan beberapa barang milik Froon dan Kremers di sungai dekat desa Alto Romero, area yang agak jauh dari jalur yang dilewati oleh mereka. Anehnya ketika ditemukan, pakaian milik Kremers dilipat dan tertata rapi di pinggiran sungai. Setelah penemuan barang-barang milik korban, penyelidik tidak berhasil menemukan apapun.
Penemuan Bagian Tubuh
Pada 19 Juli 2014, setelah 2 bulan berlalu semenjak penemuan pakaian Kremers, tim pencari berhasil menemukan tubuh Froon, bisa dibilang hanya bagian tubuh Froon. Tim pencari menemukan sebuah sepatu di pohon dekat sungai, di area yang sama dengan ditemukannya tas dan pakaian mereka. Didalam sepatu tersebut masih terdapat potongan kaki yang masih menggunakan kaos kaki, tulang pelvis dan daging yang nantinya akan di tes DNA untuk menemukan identitas pemilik kaki tersebut. Pada Agustus 2014, tes DNA menyatakan bahwa kaki tersebut adalah kaki Lisanne Froon.
Tim penyelidik kemudian menemukan banyak potongan tulang dan kulit, serpihan tulang yang ditemukan sampai berjumlah 33 buah. Tulang Froon yang ditemukan terlihat natural, masih terlihat beberapa daging yang membusuk. Tetapi anehnya tulang Kremers ditemukan berwarna putih bersih, seperti tulang yang habis terkena pemutih atau cairan kimia. Pertanyaannya apakah ada orang ketiga dibalik kejadian ini?
Penyebab Kematian?
Dengan banyaknya kejanggalan yang ditemukan di TKP banyak spekulasi apa yang sebenarnya terjadi dengan Froon dan Kremers. Tetapi pada Maret 2015, penyelidik menyimpulkan bahwa kematian Froon dan Kremers adalah sebuah kecelakaan. Riset mereka menunjukkan bahwa kedua wanita tersebut kemungkinan mengalami kecelakaan saat sedang berjalan di hutan lalu tersesat di hutan.
Foto kepala Kremers yang ada di ponsel mereka kemungkinan diambil sebelum mereka menelpon nomor darurat. Kemungkinan Kremers mengalami luka parah dan Froon mencoba keluar dari hutan. Kaki Froon yang ditemukan dispekulasikan kalau Froon jatuh dari jurang atau tebing yang mungkin ada di foto, mematahkan engkelnya dan tidak bisa menemukan jalan pulang ketika malam tiba. Tetapi, masih banyak yang tidak yakin dengan kesimpulan yang diberikan oleh pihak berwajib.
Buruknya Penanganan
Banyak yang mengklaim bahwa kasus tersebut ditangani dengan buruk oleh pihak berwajib Panama. Seorang penulis, Adela Coriat, berkata bahwa kasus tersebut kacau, banyak barang bukti yang tidak disimpan dengan benar. Tas biru yang ditemukan bahkan memiliki 30 sidik jari dan tidak pernah diidentifikasi sidik jari siapa saja yang ada ditas tersebut. Pernyataan pihak berwajib terkait lokasi penemuan juga dinilai tidak konsisten ketika menemukan ponsel kedua wanita tersebut.
Dia juga berkata bahwa minimnya kerusakan pada barang-barang yang ditemukan juga mencurigakan tapi polisi tidak menyelidiki masalah itu. Pengacara keluarga Kremers, Enrique Arrocha, juga mengatakan bahwa ketika penyelidikan dilakukan, pihak berwajib tidak melakukan investigasi forensik di TKP. Selain itu juga kedua tulang tengkorak dan tulang-tulang besar lainnya masih belum ditemukan, padahal jika ditemukan bisa membantu ditemukannya penyebab kematian Froon dan Kremers.
Teori Dari Kejadian ini
Karena banyaknya tuduhan penanganan yang buruk, orang-orang jadi berteori kalau kejadian tersebut ditutup-tutupi oleh pihak berwajib dan Pemerintah Panama. Beberapa orang ada yang percaya bahwa suku asli Panama membunuh kedua wanita tersebut dan mungkin memakannya. Banyak juga yang berteori adanya campur tangan kartel atau penjual organ.
Tetapi inti konspirasinya adalah Pemerintah dan pihak berwajib menutupi tindak kriminal yang telah terjadi di Panama. Kenapa? Demi pariwisata. Konspirasinya Pemerintahan Panama tidak mau namanya tercoreng dan dicap sebagai tempat pariwisata yang berbahaya. Jika terbukti adanya tindak kriminal pasti orang akan berpikir dua kali untuk liburan di Panama.
Menurut Laura Allan, diartikelnya ranker.com, pada tahun 2009 sampai 2017 ada sekitar 24 atau lebih turis yang menghilang di daerah Froon dan Kremers menghilang. Turis-turis yang menghilang tersebut tidak pernah selamat, antara mereka tidak pernah ditemukan atau ditemukan dalam keadaan sudah meninggal. Penelitian kembali dilakukan pada tahun 2017 dan menyimpulkan bahwa setelah melakukan investigasi ulang selama 18 bulan, bukti yang mereka dapat mengarah ke pembunuhan. Menurut mereka alasan tersebut paling masuk akal karena banyaknya pertanyaan yang belum terjawab, seperti kenapa penemuan bukti-bukti bisa ditemukan di lokasi yang berbeda-beda?
Buat yang masih penasaran dengan kasus Panama Girls ini bisa langsung dengerin Podcast atau Youtubenya Opini Tengah Malam Sekarang!